Menu

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 08 Februari 2011

WAJAH BANGSAKU DI AWAL 2011

Awal tahun yang tidak baik  terjadi pada Bangsa ini, Rentetan peristiwa / kejadian yang kurang berkenan hampir melanda seluruh komponen bangsa. Namun yang paling amat sangat membuat ku berfikir dan terus berfikir adalah proses peradilan saudara Gayus Tambunan yang hingga sampai saat ini belum kelar. Konon, bahwa sejatinya akan banyak kalangan tertentu yang berpengaruh akan terseret kedalam kasus tersebut. Orang kecil seperti aku hanya bisa berharap para penegak hukum tidak tebang pilih dalam menentukan dan mengambil keputusan. 

Kemaren si udin yang hanya mencuri buah jambu tetangga demi menyenangkan sibuah hatinya mendapat ganjaran yang amat tidak setimpal, 5 bulan penjara dan bibir jontor karena memperoleh perlakuan kasar, berbalik tiga ratus enampuluh derajat atas perlakuan istimewa gayus yang konon telah berhasil meraup uang rakyat bermiliar-miliaran rupiah bisa bebas keluar masuk penjara bahkan pelesiran. 

Inilah contoh kongkrit buruknya hukum bangsa ini, tumpang tindih, carut marut dan betapa kita telah dihadapkan pada kenyataan bahwa sebenarnya Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme hanyalah sebuah slogan atau lips service semata,  masih jauh panggang dari api. 


Secara tidak langsung kalangan elit telah membuka aib mereka sendiri, menunjukkan betapa mereka telah mengajarkan kepada kita tentang bagaimana cara  main kucing-kucingan, tonjok-tonjokan, tuding-tudingan dan sikut-sikutan. Masih segar diingatan saat pentolan KPK dipaksa keluar dari sidang oleh kelompok tertentu dengan alasan tertentu di DPR.

Tanah Airku.... kepada siapa lagi kami mengadu, bila Presiden mempertanyakan kenaikan gaji, sedangkan kami masih berkutat dengan kecilnya kenaikan UMK dalam setiap tahunnya, itupun harus dengan Demonstrasi terlebih dahulu. Bila uang kami yang semestinya kembali ke kami dinikmati oleh perseorangan. Lantas kemanakah janji-janji muluk para wakil rakyat yang mengatasnamakan rakyat. 


Aku sangat amat prihatin dengan aku, saudara-saudaraku terlebih lagi bangsa ku yang kucintai ini, sampai kapan kepincangan ini berakhir. Bilakah KEMERDEKAAN yang hakiki akan benar-benar kita nikmati.





 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila penyampaian ini masih kurang lengkap, mohon tambahkan, bila sudah, tinggalkan komentar, karena sayapun akan demikian.