Menu

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 08 Juli 2010

ANTARA KEBUTUHAN DAN KEMALANGAN

Gas ohhhh Gas, Elpiji ooohhh Elpiji, betapa engkau kami butuhkan namun kenapa pula engkau menyengsarakan. Ironis bukan, saat gencar-gencarnya pemerintah memasyarakatkan penggunaan gas elpiji yang mereka klaim lebih hemat dibandingkan penggunaan minyak tanah, tetapi, kejadian demi kejadian tanpa henti menyengsarakan saudara-saudara kita, Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, Kalimantan, Sulawesi adalah sebagian kecil daerah yang pernah mengalami kejadian serupa, bukan hanya harta benda bahkannyawapun ikut melayang. Sudah sewajarnya pemerintah menguji kelayakan pakai sebelum mendistribusikannya ke masyarakat sehingga kejadian yang tidak diinginkan dapat diminimalisir. Saya tidak mengetahui apakah pemerintah telah melakukan hal tersebut tetapi dengan adanya rentetan kejadian seperti saat ini tentunya kita semua bisa menilai sejauh mana kinerja orang-orang yang berkompeten dalam menangani hal ini. Terkadang saya berpikir, "apakah kita dijadikan kelinci percobaan" tetapi terkadang saya juga berpikir, "inilah resiko dari sebuah kebijakan".


Flash back ke masa lalu jauh sebelum gas elpiji 3 kg diperkenalkan, masyarakat mengenal tabung gas 12 kg yang harganya memang mahal, dan kelas pemakai pun tentu berbeda, tetapi apakah sesering ini kejadian kecelakaan yang diakibatkan oleh tabung gas ? tidak bukan..... tidak perlu mencari siapa yang salah dan siapa yang benar apa lagi mengkambing hitamkan orang lain, pembelajaran bagi semua masyarakat tentunya bahwa sesuatu yang murah belum tentu hemat, sesuatu yang murah belum tentu aman. Saat ini pemerintah melalui Dinas yang berwenang tengah melakukan razia berbagai kelengkapan atau atribut gas elpiji yang bersetandard SNI, pertanyaanya adalah kenapa hal itu tidak dilakukan jauh sebelumnya? yang bermasalah menurut saya bukan pada selang gasnya namun pada penghubung antara tabung gas dan regulatornya, oleh sebab itu sudah sewajarnya pemerintah dalam hal ini Pertamina mendapatkan solusi terbaik agar masalah tersebut terselesaikan dengan baik. Saya pernah mendengar bahwa ada produsen tabung gas yang menggunakan ulir pada regulatornya ditambah dengan kunci pengaman pada bagian belakang, sehingga aman untuk anak-anak namun disayangkan saya lupa merk dan produksenya, jikalau memang yang menjadi masalah utama seperti apa yang sampaikan diatas maka sebaiknya mencontoh produk tersebut. Yang lebih anehnya lagi ternyata pemerintah ( Pertamina ) menjual model tabung gas yang berbeda dari yang biasa kita temui di pasaran, warna hijau muda untuk tabung gas 3 kg dan berwarna biru untuk tabung gas 12 kg, tetapi kalau yang ini katanya untuk kalangan menegah keatas karena harga dan isi ( Menurut Distributor ) tabungnya berwarna kuning tembaga, namun jarang sekali dijumpai dipasaran. sangat disesalkan kenapa pemerintah masih diskriminatif, bukankah seharusnya faktor resiko menjadi tinjauan utamanya. Well.... menurut isu yang berkembang nihhhhh.... pemerintah akan menarik tabung gas elpiji 3 kg dari pasaran, bayangkan, sudah berapa ratus ribu tabung yang berada di masyarakat dan berapa milliar uang kita yang dialokasikan hanya untuk membuat tabung gas 3 kg, mau ganti yang mana lagi? berapa miliar lagi yang harus dikeluarkan? Pemborosan Bukan ???????

Berikut bebarapa Tips yang saya sadur dari http://www.dakdem.com/ untuk menghindari kecelakaan akibat tabung gas elpiji.

Untuk mencegah kebakaran akibat meledaknya tabung gas, masyarakat yang belum paham betul sebaiknya berhati-hati saat menghidupkan kompor dan tabung gas elpiji.

1. Kalau mencium aroma yang tidak sedap dan menyengat. Janganlah sekali-kali mementikan korek api, apalagi merokok,” terang Toharso, Sekretaris Perusahaan Pertamina kepada Pos Kota.

2. Segeralah membuka pintu lebar-lebar. Jangan jendela. Karena tekanan gas lebih besar dari udara yang ada di ruangan itu. Dengan membuka pintu, gas tersebut akan ke luar.

3. Setelah membuka pintu lebar-lebar, pemakai kompor gas sebaiknya mencabut regulator dan selang. Lalu bawalah tabung gas tersebut ke luar rumah.

4. Kemudian periksalah tabung gas tersebut dengan menggunakan air sabun. Siram valve (penutup tabung). Air sabun mengelembung busa, berarti bocor. Tandainya dengan tusuk gigi.

Bila tidak ada busa, maka ada kerusakan di valve. Sebaiknya ditukar kembali tabung gas ke agen tersebut. Karenanya, masyarakat pengguna gas elpiji harus memiliki nama dan nomor telepon agen. “Belilah gas elpiji di agen yang kami tunjuk,” ujarnya.

Sehingga tabung gas yang bocor tadi bisa ditukar kembali ke agen bersangkutan. “Kalau agen tersebut menolak mengganti tabung yang bocor, silakan lapor ke telepon 500000,” ujarnya.

Menyinggung soal tabung gas elpiji mengingatkan belakangan ini banyak juga beredar tabung abal-abal, Toharso menjamin masyarakat tidak perlu khawatir kalau tabung gas yang tadinya kosong lalu masuk ke Pertamina dan diisi gas, maka tabung gas tersebut masih bagus.

Yang penting, ia kembali mengingat masyarakat pengguna gas elpiji harus berhati-hati ketika menghidupkan kompor gas

Selama ini pihaknya sendiri sudah, bahkan akan terus menyosialisasikan bagaimana cara menggunakan kompor dan tabung gas elpiji ke masyarakat, termasuk lewat televisi maupun talk show di radio. ”Ini mungkin harus diperbanyak lagi agar masyarakat lebih mengerti dan paham ,” kata Toharso. (poskota)


2 komentar:

  1. jadi yang salah pembeli, penjual atau pemerintah ya seharusnya ada pengetahuan ttg gas elpiji sebelum dibagikan ke masyarakat. mampir balik yang ke artikel saya http://arifust.web.id/?p=204 rate dan komnetar

    BalasHapus
  2. Tidak menyalahkan siapapun, pembelajaran mungkin Mas, yang punya tanggungjawab lebih mengedepankan tanggungjawabnya. terimakasih dah mampir.

    BalasHapus

Bila penyampaian ini masih kurang lengkap, mohon tambahkan, bila sudah, tinggalkan komentar, karena sayapun akan demikian.