Menu

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 02 Agustus 2010

KEADILAN YANG TIDAK PERNAH ADIL

 Saat menyaksikan perjuangan Bapak Indra Azwan yang ingin mendapatkan keadilan atas perlakuan diskriminatif hukum membuat saya berulang-ulang berfikir dan bertanya dalam benak, "apakah ini yang dikatakan Negara Hukum ?" yang kenyataanya hukum hanya dimiliki oleh orang-orang yang berduit, orang-rang yang punya pangkat, hukum sama sekali belum menyentuh warga atau masyarakat kelas bawah, dan itu terjadi sejak lama. Kemanakah keadilan itu?, kemanakah hati nurani itu?, kemanakah para pekerja hukum yang semestinya memberikan rasa adil kepada siapapun, bukan kepada oknum tertentu, ingatkah teman-teman jauh sebelum kejadian ini seorang ibu yang ingin menyenangkan perut anaknya mendapat keputusan hukuman penjara, ingatkah seorang janda veteran yang bernama Ibu Sutarni yang semestinya bisa menghabiskan masa tuanya dengan kebahagiaan karena jasa-jasa almarhum suaminya atas negeri ini, tetapi harus mengemis keadilan dengan tubuh rentanya. Sungguh ironis, kalau orang-orang pintar mengatakan bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa pahlawannya tetapi kenyataan sungguh seratus delapan piluh derajat sangat amat berbeda, sehingga saya katakan, pantas Bangsa ini tidak pernak akan besar, karena kita tidak sama sekali menghargai jasa pahlawan, menghargai bukan hanya memperingati dalam upacara, menghargai bukan hanya napak tilas, menghargai bukan hanya mencantumkan nama mereka menjadi sebuah nama jalan, tetapi memberikan penghidupan yang layak atas istri-istri Almarhum Pahlawan Bangsa ini adalah bentuk real dari sebuah kalimat " menghargai jasa pahlawan ". Kasus yang menimpa Bapak Indra Azman tidak jauh berbeda dengan kasus yang terjadi dengan teman saya pada saat saya masih menjadi seorang guru sebuah sekolah dasar didaerah terpencil, kala itu kalau tidak salah tahun 1996/1997 an, seorang penjaga sekolah kami meninggal dunia ditusuk tepat dijantung dengan menggunakan pisau bayonet oleh seorang anggota kompi senapan B, akan tetapi pihak keluarga membawa kasus ini dengan jalan damai yang dipaksakan menurut saya, karena adanya intervensi dari pihak-pihak tertentu, sehingga pada akhirnya keluarga korban terutama istri almarhum merelakan kepergian suaminya tanpa proses hukum yang berlaku di tanah air ini, yang lebih hebatnya lagi teman-teman istri almarhum harus menghidupi ke lima orang anak yang ditinggalkan oleh almarhum suaminya. Rasa takut, tertekan, tidak adil selalu dirasakan oleh orang-orang kelas bawah sehingga pada akhirnya jalan damai selalu ditempuh.

     

Patut diacungkan jempol buat Bapak Indra Azman, diusia beliau masih menggelorakan semangat untuk mencari keadilan atas alamarhum anaknya, tetapi apakah semua masyarakat kelas bawah harus selalu meminta belas kasihan, berpeluh, meneteskan air mata hanya untuk sebuah kata " keadilan " TIDAK bukan , bukankah semestinya kita memperoleh perlakuan yang sama dimata hukum, wahaiiii para penegak hukum pertanggungjawaban kalian bukan hanya didunia saja akan tetapi diakhirat akan dituntut hal yang sama oleh Sang Pencipta.

Artikel ini tidak bermaksud memprovokasi siapapun untuk berbuat apapun, hanya rasa kepedulian yang teramat sangat atas derita saudara-saudara kami di tanah air ini, derita atas berbagai ketimpangan, kesenjangan, ketidakadilan, atas perlakuan orang-orang tertentu.

Kemerdekaan yang sesungguhnya belumlah dirasakan oleh masyarakat bangsa ini, karena kemerdekaan itu hanya milik orang-orang tertentu saja.

Jauh didalam sanubari saya selalu berharap bahwa semua komponen negeri ini bekerja, bertanggung jawab sesuai dengan peraturan, tanpa memilih dan memilah siapa dan bagaimana.

Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila penyampaian ini masih kurang lengkap, mohon tambahkan, bila sudah, tinggalkan komentar, karena sayapun akan demikian.